Pernahkah Anda berada di ruang pelatihan yang dipenuhi peserta dengan tatapan kosong, sibuk dengan ponsel, atau hanya mengangguk sopan tanpa benar-benar menyerap materi yang disampaikan?
Jika situasi ini terasa akrab, mungkin inilah saatnya untuk mendalami prinsip pembelajaran orang dewasa yang diungkap dalam buku legendaris “Telling Ain’t Training” karya Harold D. Stolovitch dan Erica J. Keeps.
Dari “Telling” ke “Training” – Transformasi yang Mengubah Segalanya
Stolovitch dan Keeps membuka mata kita dengan pernyataan tajam yang menjadi judul buku mereka: “Telling isn’t training.” Memberitahu tidak sama dengan melatih. Ceramah satu arah dan slide PowerPoint yang padat dengan teks mungkin efisien bagi pembicara, tetapi seringkali menjadi cara paling tidak efektif untuk pembelajaran orang dewasa.
Prinsip pembelajaran orang dewasa memiliki karakteristik unik yang perlu kita pahami jika ingin menciptakan pelatihan yang benar-benar berdampak. Mari kita telusuri empat prinsip inti yang diuraikan dalam buku ini.
Prinsip Pertama: Orang Dewasa Perlu Tahu “Mengapa”
Ketika mengajar anak-anak, kita mungkin bisa lolos dengan jawaban “Karena saya bilang begitu.” Namun, orang dewasa membutuhkan alasan yang jelas. Mereka tidak akan menginvestasikan waktu dan energi untuk belajar jika tidak melihat manfaat langsung dari pembelajaran tersebut.
Sebelum memulai sesi pelatihan, luangkan waktu untuk menjelaskan tujuan dan relevansi materi.
Misalnya, daripada langsung membahas teknik presentasi, mulailah dengan menyampaikan, “Setelah menguasai teknik ini, Anda akan mampu menyampaikan pesan dengan lebih efektif, mengurangi kesalahpahaman dengan klien, dan meningkatkan peluang kesuksesan proyek Anda.”

Prinsip Kedua: Pengalaman adalah Guru Terbaik
Salah satu keunggulan mengajar orang dewasa adalah mereka membawa kekayaan pengalaman hidup ke dalam ruang pembelajaran. Prinsip pembelajaran orang dewasa mengajarkan kita untuk memanfaatkan, bukan mengabaikan, modal berharga ini.
Diskusi kelompok yang memungkinkan peserta berbagi pengalaman mereka, simulasi yang meniru situasi nyata, atau studi kasus yang relevan dengan latar belakang peserta akan jauh lebih efektif daripada presentasi teoretis. Seperti yang dicontohkan Stolovitch, pelatihan tentang penanganan konflik akan lebih bermakna jika peserta diminta untuk merefleksikan dan memerankan skenario berdasarkan pengalaman mereka sendiri.
Prinsip Ketiga: Pembelajaran Membutuhkan Partisipasi Aktif
Orang dewasa bukan gelas kosong yang menunggu untuk diisi dengan pengetahuan. Mereka adalah individu dengan pemikiran kritis yang ingin terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Prinsip pembelajaran orang dewasa menekankan pentingnya keterlibatan ini.
Gantilah metode ceramah satu arah dengan diskusi berpasangan, di mana peserta berbagi pemikiran mereka sebelum presentasi kelas. Atau terapkan pembelajaran berbasis masalah—ajukan tantangan nyata dan minta peserta menyelesaikannya dengan menerapkan konsep yang baru dipelajari. Ketika peserta aktif memproses dan menerapkan informasi, pemahaman dan retensi mereka akan meningkat secara signifikan.
Prinsip Keempat: Penerapan Segera adalah Kuncinya
Tidak ada yang lebih menyebalkan bagi orang dewasa daripada menghabiskan waktu mempelajari sesuatu yang tidak dapat segera diterapkan. Prinsip pembelajaran orang dewasa yang terakhir ini mungkin yang paling penting: pastikan peserta dapat menggunakan apa yang mereka pelajari, dan segera.
Berikan latihan praktis dengan umpan balik langsung. Ajak peserta membuat rencana aksi konkret yang bisa mereka implementasikan di tempat kerja besok. Ketika peserta melihat manfaat langsung dari pembelajaran mereka, motivasi dan komitmen mereka akan meningkat.
Kesalahan Fatal dalam Merancang Pelatihan
Buku “Telling Ain’t Training” juga mengungkap kesalahan umum yang sering terjadi dalam desain pelatihan. Kecenderungan untuk memberikan terlalu banyak informasi (information overload) mengabaikan fakta bahwa otak manusia memiliki kapasitas terbatas untuk memproses dan menyimpan informasi baru.
Pendekatan “one-size-fits-all” yang mengabaikan keragaman latar belakang, pengalaman, dan gaya belajar peserta juga bertentangan dengan prinsip pembelajaran orang dewasa. Setiap peserta memiliki kebutuhan unik yang perlu diakomodasi untuk hasil optimal.
Refleksi untuk Meningkatkan Pelatihan Anda
Setelah memahami prinsip pembelajaran orang dewasa ini, luangkan waktu untuk merefleksikan praktik pelatihan Anda saat ini:
Sejauh mana pelatihan yang Anda rancang telah mendorong partisipasi aktif? Apakah peserta Anda memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman dan menerapkan pengetahuan baru mereka?
Bagaimana Anda bisa mengubah sesi ceramah panjang menjadi pengalaman pembelajaran yang lebih interaktif dan bermakna? Mungkin dengan menyisipkan diskusi kelompok kecil atau latihan praktis di antara penyampaian materi.
Perubahan kecil apa yang bisa Anda terapkan mulai besok untuk lebih menyelaraskan pelatihan Anda dengan prinsip pembelajaran orang dewasa?
Memahami dan menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa bukan hanya tentang menciptakan pelatihan yang lebih menarik—ini tentang menghasilkan perubahan perilaku nyata dan dampak jangka panjang. Karena pada akhirnya, tujuan pelatihan bukanlah sekadar menyampaikan informasi, tetapi mengubah cara orang berpikir dan bertindak.
Sudahkah Anda membaca buku “Telling Ain’t Training“? Atau mungkin Anda memiliki pengalaman menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa dalam pelatihan Anda? Bagikan pemikiran dan pengalaman Anda di kolom komentar!